Kamis, 18 Oktober 2018

Filsafat Pendidikan Pertemuan ke-3

Reportase 3

Pada pertemuan ke-2 saya menulis tentang Tokoh-Tokoh Pendidikan salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara dengan 3 prinsip atau 3 sistem pendidikannya. Yaitu yang pertama dapat berdiri sendiri, yang kedua tidak tergantung pada orang lain dan yang ketiga dapat mengatur dirinya sendiri.
Nah, pendidikan yang dibawa oleh Ki Hajar Dewantara sendiri menciptakan kesadaran yang menghadirkan asmo. kesadaran di sini berarti dapat mengilhami atau dapat memahami realitas yang ada pada diri sendiri. Realitas tersebut ada jasad, roh dan ruang. Jasad atau wadag bisa juga diartikan raga, jasad bisa bergerak karena dihembuskan roh. Sementara roh adalah sesuatu yang menjadi esensi atau nyawa dari jasad tersebut, Yang terakhir adalah ruang, ruang berarti kesadaran semua. Ruang yang dimaksudkan di sini bukan berarti tempat. Tetapi berhubungan dengan asmo, yaitu sesuatu yang lebih luas dalam diri seseorang. Asmo bukan sekedar makna nama, tetapi asmo di sini lebih cenderung ke ruang yang lebih luas. Contoh ruang yang ada pada diri seseorang misalnya Teori Imajinasi atau khayalan dinamakan potensi akal. Maka ada tesis yang mengatakan bahwa akal itu misterius, tidak diketahui keberadaaannya. Akal sebagai generator yang menggerakkan realitas tetapi realitas yang melingkupi diri.
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa manusia adalah titah Tuhan yang didasari dengan perjalanan manusia itu sendiri. Titah di sini dapat diartikan darah, atau Tuhan yang menjadikan keturunan, memiliki jejak, patrap/landasan pijak.
Allah secara dzat/wujud, agar Dia terlihat maka menciptakan alam dan seisinya beserta manusia. manusia diciptakan paling akhir setelah bumi langit, hewan, tumbuhan serta makhluk lainnya diciptakan karena manusia dianggap sebagai ciptaan yang bisa merangkul alam menjadi objek untuk mengenal Tuhan. Allah hadir untuk dikenali melalui semesta. Gerakan Tuhan berada di gerakan-gerakan manusia karna memang Tuhan itu sangan dekat dengan kita. Berangkat dari titah Tuhan, jasad, roh, ruang maka disebut Khayyali yaitu raga halus dan raga kasar atau biasa disebut rohani dan jasmani yang melahirkan pendidikan lahir dan batin. Ada suatru perbedaan, Dzat (Allah) memiliki asmo atau sifat maha sabar, maka Allah bersifar penyabar dan memiliki Af'al atau tindakannya bersabar. Maka karena gerakan Tuhan ada pada gerakan manusia (dititipkan di diri manusia), diri kitapun (diri manusia) harus memiliki sifat yang sabar, penyabar dan harus bersabar.
Dari penjelasan di atas maka manusia harus memiliki pendidikan karakter. Pendidikan berbasis karakter berangkat dari diri sendiri atau asmo yaitu realitas, kejadian atau fenomena hidup dan mampu mengelola diri sendiri.


Artikel terkait lainnya :
14120086 MIA TRISTIANA


15120131 AHMAD HIDAYAT
15120139 DICKRI TIFANI BADI
15120206 PUTRI AMALIAH
15120374 ACHMAD AGUNG PRASETYO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar